• Breaking News

    Sabtu, 08 April 2017

    Cerpen Kehidupan "TERPERANGKAP"


    kumpulan cerpen kehidupan




       Hujan deras turun sejak sore. Genangan air  disana sini sudah membentuk telaga telaga kecil. Kilat saling berkejaran menampilkan   warna terang beberapa saat di cakrawala. Dan suara  petir terus menggelegar. Memekakkan telinga. Amat menakutkan!.

       Setelah selesai menunaikan sholat isya berjamaah di rumah dengan istrinya. HADI keluar rumah untuk memasukkan motornya yang terparkir di emper rumah.

    Tapi tiba tiba dia terkesiap. Karena matanya melihat sesosok tubuh nampak sedang berteduh di salah satu  sudut emper itu.

       Perlahan Dia mendekat.  nenek nampak sedang menggigil karena kedinginan .Tubuh dan pakaiannya basah kuyup.

       "Maap pa, boleh aku numpang berteduh disini?" suara  nenek itu terbata bata.
       "Oo.   silakan nek." jawabnya. Lalu dia terpaku di tempatnya agak lama. Baru kemudian berlalu untuk memasukkan motornya ke dalam.   Di dalam  Hadi bercerita pada istrinya

       Beberapa saat kemudian  suami istri itu keluar menemui si nenek yang tengah kedinginan di  emperan rumah. Hati keduanya merasa iba melihat  tubuh si nenek meringkuk di atas ubin dengan dibalut kain lusuh.

       Melihat pemilik rumah berjalan mendekatinya. Nenek itu buru buru bangkit untuk duduk dari terbaringnya        
       "Maap pa,bu aku numpang berteduh. Nunggu hujan nggak reda reda."
       "Boleh nek. Boleh" timpal sang istri. "Emang nenek mau kemana?"
       Si nenek  menghela napas. Matanya menerawang jauh menembus rintik rintik air yang seperti sedang ditumpahkan dari langit itu.

       "Maksud aku nenek dari mana? Koq  seperti sedang tersesat" ulang sang istri.
       "Aku....aku asalnya dari Surabaya."  jawab si nenek patah patah.

       "Surabaya??" Suami dan istri berkata serempak. Tercengang. "Kenapa nenek  bisa ada di sini? Ini Indramayu nek. Surabaya itu jawa timur. Indramayu  itu jawa barat. Jawa timur  dan jawa barat. Jauh sekali lho nek. " istri Hadi menatap sangat iba pada si nenek.

       "Nenek  punya saudara disini?"  tanya Hadi antusias.
       "Ti..  .tidak."  jawab si nenek serak.
       "Jadi nenek bisa sampai kesini dalam rangka apa?"  istri Hadi penasaran.

       Nenek itu membetulkan posisi duduknya. Beberapa kali menghirup napas. Biar lega. Lalu bibirnya yang menghitam pelan pelan bercerita.

       "Di Surabaya aku tinggal dengan cucuku. Ya...setelah anak dan menantuku meninggal akibat tertimbun tanah longsor. Keluargaku ya cuma  cucuku itu." Cerita nenek itu sambil berduka. Hadi dan istrinya nampak tambah iba.

       "Sejak umur dua tahun, cucuku aku rawat. Lalu aku sekolahkan. Tapi karena biaya, aku hanya mampu menyekolahkannya sampai SMP. "

       "Cucu nenek  laki laki  apa perempuan?" tanya sang istri.
       "Perempuan."jawabnya.
       "Terus sekarang ada di mana?"
       "Itulah yang membuatku, kenapa aku ada di sini. Di kota ini."
       "Maksud nenek?"

       Si nenek menggoyang goyangkan kepalanya. Seperti merasa berat. Matanya  memudar. Bibirnya bergetar perlahan.

       "Tiga bulan yang lalu cucuku pamitan padaku. Katanya mau ikut kerja dengan temannya di  Indramayu. Tapi sampai saat ini tidak ada khabar beritanya. Aku khawatir.. Si nenek nampak terisak.
       "Oh jadi nenek sedang mencarinya"?

       "Ya, sudah tiga hari. Tapi belum ketemu."
       "Mencari orang di kota seluas ini tanpa mengetahui dimana alamatnya secara jelas. Sangat mustahil untuk ketemu nek." timpal Hadi

       "Ya kini aku sadar. Untuk itu aku berencana besok mau kembali ke Surabaya."
       Hadi dan istrinya  saling pandang.. Mata mereka saling berbicara dengan bahasanya. Sementara hujan semakin deras. Seperti tidak ada tanda tanda akan reda sampai pagi. Petir dan kilat masih sering muncul. Dan angin, tiupannya makin kencang dan dingin menembus pori pori kulit.

       "Nek, di sini dingin sekali. Kita ngobrol di dalam aja yuk?" ajak si istri sambil memegang lengan si nenek.
       "Nggak bu. Biar aku di sini saja."tolaknya.
       "Ayo ke dalam aja. Kalau di sini aja  nanti tubuh nenek bisa membeku seperti es lho." bujuk Hadi.
       "Ayo nek.." sambung si istri.
       Nenek itu perlahan bangun. Lalu berjalan terseok-seok dituntun sang istri.
       "Kalian baik sekali. Tuhan pasti akan membalasnya. Aku jadi malu karena merepotkan kalian."
       "Nenek nggak perlu memuji kami. Menolong orang yang sedang susah, bukankah suatu kewajiban?"

       Di dalam rumah nenek itu dipersilahkan untuk duduk di kursi. Istri Hadi segera menyuguhkan teh manis hangat. Lalu menghangatkan lauk pauk . Setelah itu, si nenek di persilahkan untuk makan .
       Ketika malam tambah larut. Dan rasa kantuk mulai menyerang.. Hadi mempersilahkan  si nenek untuk tidur di ruang kamar depan yang kosong..

       Esok paginya. Hadi dan istrinya baru saja  menunaikan sholat subuh berjamaah. Hadi menyuruh istrinya untuk segera membuat teh hangat dan sarapan untuk  tamunya   Sang nenek. Tapi beberapa saat kemudian sang istri berteriak memanggilnya dengan kalap. Histeris!. .'

       "Pah.   !pah...!!! Sini..!!! Sini..!!! Si nenek  sudah nggak ada..!!!"
       "Ya, bu. Ada apa?"
       "Nenek itu sudah pergi. !"
       "Sudah pergi?" tanya Hadi.
       "Pergi  membawa  motor kita  pah..!"

       Mendengar jawaban istrinya  . Laki laki itu terkejut. Bergegas dia mencari motornya di luar rumah. Benar, Kendaraan roda duanya tidak nampak..

       "Laptop kita yang di meja juga nggak ada pah. Hp juga  Oh.. Tuhan....."si istri mengguguk nangis.
         "Coba lihat bu simpanan kita  di laci bupet  Masih ada atau  dibawa  kabur juga."

       Dan simpanan itu pun turut raib juga. Uang beberapa juta untuk ongkos menunaikan ibadah haji. Dan perhiasan emas beberapa gram sudah lenyap . Lenyap bersama kaburnya si penjahat yang berpura pura  memelas. Dikasihani malah melukai. Ditolong malah menyakiti. Terlalu!!! Terlalu.......!!!

       SEMENTARA  itu di suatu tempat yang tersembunyi. Dua orang laki laki . Yang satu berumur  empat puluh tahunan  Satunya  lagi sekitar tujuh belas tahunan.
    Dan seorang perempuan berumur tiga puluh lima tahunan nampak sedang bersukacita. Sedang merayakan keberhasilannya.

       "Kamu  memang pintar mam. Sandiwaramu selalu berhasil. Aktingmu juara.....ha.... Ha.... !!"
       'Siapa dulu. Aku dilawan. ha... .ha... !"
       "Terus  kita ngapain lagi pah, mam?" Tanya yang paling muda.
       "Santai aja dulu. Kita senang senang aja dulu. Kalau uangnya  sudah habis. Baru kita bergerak lagi  Okey.. ?"
       Dan mereka bertiga sepakat.⁠..

    bersambung...⁠⁠⁠

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Translate

    Fashion

    Beauty

    Total Tayangan Halaman

    Travel