Hujan deras turun sejak sore. Genangan air disana sini sudah membentuk telaga telaga kecil. Kilat saling berkejaran menampilkan warna terang beberapa saat di cakrawala. Dan suara petir terus menggelegar. Memekakkan telinga. Amat menakutkan!.
Setelah selesai menunaikan sholat isya berjamaah di rumah dengan istrinya. HADI keluar rumah untuk memasukkan motornya yang terparkir di emper rumah.
Tapi tiba tiba dia terkesiap. Karena matanya melihat sesosok tubuh nampak sedang berteduh di salah satu sudut emper itu.
Perlahan Dia mendekat. nenek nampak sedang menggigil karena kedinginan .Tubuh dan pakaiannya basah kuyup.
"Maap pa, boleh aku numpang berteduh disini?" suara nenek itu terbata bata.
"Oo. silakan nek." jawabnya. Lalu dia terpaku di tempatnya agak lama. Baru kemudian berlalu untuk memasukkan motornya ke dalam. Di dalam Hadi bercerita pada istrinya
Beberapa saat kemudian suami istri itu keluar menemui si nenek yang tengah kedinginan di emperan rumah. Hati keduanya merasa iba melihat tubuh si nenek meringkuk di atas ubin dengan dibalut kain lusuh.
Melihat pemilik rumah berjalan mendekatinya. Nenek itu buru buru bangkit untuk duduk dari terbaringnya
"Maap pa,bu aku numpang berteduh. Nunggu hujan nggak reda reda."
"Boleh nek. Boleh" timpal sang istri. "Emang nenek mau kemana?"
Si nenek menghela napas. Matanya menerawang jauh menembus rintik rintik air yang seperti sedang ditumpahkan dari langit itu.
"Maksud aku nenek dari mana? Koq seperti sedang tersesat" ulang sang istri.
"Aku....aku asalnya dari Surabaya." jawab si nenek patah patah.
"Surabaya??" Suami dan istri berkata serempak. Tercengang. "Kenapa nenek bisa ada di sini? Ini Indramayu nek. Surabaya itu jawa timur. Indramayu itu jawa barat. Jawa timur dan jawa barat. Jauh sekali lho nek. " istri Hadi menatap sangat iba pada si nenek.
"Nenek punya saudara disini?" tanya Hadi antusias.
"Ti.. .tidak." jawab si nenek serak.
"Jadi nenek bisa sampai kesini dalam rangka apa?" istri Hadi penasaran.
Nenek itu membetulkan posisi duduknya. Beberapa kali menghirup napas. Biar lega. Lalu bibirnya yang menghitam pelan pelan bercerita.
"Di Surabaya aku tinggal dengan cucuku. Ya...setelah anak dan menantuku meninggal akibat tertimbun tanah longsor. Keluargaku ya cuma cucuku itu." Cerita nenek itu sambil berduka. Hadi dan istrinya nampak tambah iba.
"Sejak umur dua tahun, cucuku aku rawat. Lalu aku sekolahkan. Tapi karena biaya, aku hanya mampu menyekolahkannya sampai SMP. "
"Cucu nenek laki laki apa perempuan?" tanya sang istri.
"Perempuan."jawabnya.
"Terus sekarang ada di mana?"
"Itulah yang membuatku, kenapa aku ada di sini. Di kota ini."
"Maksud nenek?"
Si nenek menggoyang goyangkan kepalanya. Seperti merasa berat. Matanya memudar. Bibirnya bergetar perlahan.
"Tiga bulan yang lalu cucuku pamitan padaku. Katanya mau ikut kerja dengan temannya di Indramayu. Tapi sampai saat ini tidak ada khabar beritanya. Aku khawatir.. Si nenek nampak terisak.
"Oh jadi nenek sedang mencarinya"?
"Ya, sudah tiga hari. Tapi belum ketemu."
"Mencari orang di kota seluas ini tanpa mengetahui dimana alamatnya secara jelas. Sangat mustahil untuk ketemu nek." timpal Hadi
"Ya kini aku sadar. Untuk itu aku berencana besok mau kembali ke Surabaya."
Hadi dan istrinya saling pandang.. Mata mereka saling berbicara dengan bahasanya. Sementara hujan semakin deras. Seperti tidak ada tanda tanda akan reda sampai pagi. Petir dan kilat masih sering muncul. Dan angin, tiupannya makin kencang dan dingin menembus pori pori kulit.
"Nek, di sini dingin sekali. Kita ngobrol di dalam aja yuk?" ajak si istri sambil memegang lengan si nenek.
"Nggak bu. Biar aku di sini saja."tolaknya.
"Ayo ke dalam aja. Kalau di sini aja nanti tubuh nenek bisa membeku seperti es lho." bujuk Hadi.
"Ayo nek.." sambung si istri.
Nenek itu perlahan bangun. Lalu berjalan terseok-seok dituntun sang istri.
"Kalian baik sekali. Tuhan pasti akan membalasnya. Aku jadi malu karena merepotkan kalian."
"Nenek nggak perlu memuji kami. Menolong orang yang sedang susah, bukankah suatu kewajiban?"
Di dalam rumah nenek itu dipersilahkan untuk duduk di kursi. Istri Hadi segera menyuguhkan teh manis hangat. Lalu menghangatkan lauk pauk . Setelah itu, si nenek di persilahkan untuk makan .
Ketika malam tambah larut. Dan rasa kantuk mulai menyerang.. Hadi mempersilahkan si nenek untuk tidur di ruang kamar depan yang kosong..
Esok paginya. Hadi dan istrinya baru saja menunaikan sholat subuh berjamaah. Hadi menyuruh istrinya untuk segera membuat teh hangat dan sarapan untuk tamunya Sang nenek. Tapi beberapa saat kemudian sang istri berteriak memanggilnya dengan kalap. Histeris!. .'
"Pah. !pah...!!! Sini..!!! Sini..!!! Si nenek sudah nggak ada..!!!"
"Ya, bu. Ada apa?"
"Nenek itu sudah pergi. !"
"Sudah pergi?" tanya Hadi.
"Pergi membawa motor kita pah..!"
Mendengar jawaban istrinya . Laki laki itu terkejut. Bergegas dia mencari motornya di luar rumah. Benar, Kendaraan roda duanya tidak nampak..
"Laptop kita yang di meja juga nggak ada pah. Hp juga Oh.. Tuhan....."si istri mengguguk nangis.
"Coba lihat bu simpanan kita di laci bupet Masih ada atau dibawa kabur juga."
Dan simpanan itu pun turut raib juga. Uang beberapa juta untuk ongkos menunaikan ibadah haji. Dan perhiasan emas beberapa gram sudah lenyap . Lenyap bersama kaburnya si penjahat yang berpura pura memelas. Dikasihani malah melukai. Ditolong malah menyakiti. Terlalu!!! Terlalu.......!!!
SEMENTARA itu di suatu tempat yang tersembunyi. Dua orang laki laki . Yang satu berumur empat puluh tahunan Satunya lagi sekitar tujuh belas tahunan.
Dan seorang perempuan berumur tiga puluh lima tahunan nampak sedang bersukacita. Sedang merayakan keberhasilannya.
"Kamu memang pintar mam. Sandiwaramu selalu berhasil. Aktingmu juara.....ha.... Ha.... !!"
'Siapa dulu. Aku dilawan. ha... .ha... !"
"Terus kita ngapain lagi pah, mam?" Tanya yang paling muda.
"Santai aja dulu. Kita senang senang aja dulu. Kalau uangnya sudah habis. Baru kita bergerak lagi Okey.. ?"
Dan mereka bertiga sepakat...
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar