• Breaking News

    Sabtu, 25 Maret 2017

    Cerpen "Kisah Sang Bintang"



    CERPEN MOTIVASI "KISAH SANG BINTANG" 

    cerpen menyentuh "kisah sang bintang"


       Tidak ada manusia yang tahu nasib
    nya  kelak. Bahkan esok apakah mereka dapat keberuntungan atau dapat musibah tidak ada yang mampu menebaknya. Sebab itu rahasia Tuhan. Hanya Dia yang tahu.

       Pak Teguh seperti biasa , pagi itu menyusuri pantai Eretan untuk mencari ikan. Hanya itu yang bisa dilakukannya untuk menyambung  hidup bersama istri. Apabila  kembu, tempat  ikan yang ada di pinggangnya sudah penuh berisi ikan hasil buruannya. Laki laki setengah baya itu pergi ke pasar untuk menjualnya. Dan segera pulang ke rumah  dengan membawa bahan pokok yang bisa dibelinya.

        Saat kakinya yang hitam dan tanpa alas itu meloncat dari satu batu ke batu lain. Dan hampir saja terpeleset. Sayup sayup telinganya  mendengar tangisan seorang bayi. Dia terpaku sejenak. Memasang telinganya agar teliti  darimana sumber suara itu berasal?

       Setelah beberapa menit mencari. Mata tuanya menangkap sebuah benda terapung apung dipermainkan ombak pantai. Pak Teguh segera menceburkan diri. Memburu benda itu. Sementara tangis sang bayi mulai parau. Mungkin karena  sudah  sangat lelah.

       Di atas pasir pantai, Benda yang mirip baskom  itu  perlahan dibukanya. Tampak seorang bayi perempuan cantik. Beberapa potong pakaian bayi. Dan sebuah amplop. Pak Teguh segera membukanya.Ternyata isinya sebuah kalung emas  dan  selembar surat. KEPADA YANG MENEMUKAN ANAKKU. TOLONG RAWAT DIA DENGAN BAIK  ALLAH PASTI AKAN MEMBALAS SIAPA YANG BERBUAT KEBAJIKAN. AKU BERI DIA NAMA  IDAH. KALAU SUDAH BESAR  PAKAIKAN KALUNG YANG ADA DI DALAM AMPLOP .

    Tujuh Belas Tahun Kemudian 
       Kontes lomba nyanyi  yang diselenggarakan salah satu stasiunTv swasta malam itu berakhir . Pemenangnya adalah seorang gadis dari desa kecil. Yang kata seluruh dewan juri memiliki suara emas. Gadis itu bernama  IDAH. Saat penyerahan hadiah, para dewan juri dan host menyuruh keluarga sang pemenang itu untuk naik ke panggung.
       "Idah ucapkan syukur atas nikmat Allah, sehingga Idah jadi juara. Dan tidak lupa Idah juga ucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ema yang selalu merawat  Idah dengan kasih sayang." Tutur gadis itu dengan mata berkaca-kaca. Kemudian memeluk dua orang yang ada di sampingnya.
       Suasana menjadi hening sesaat.
       "Boleh nanya pa?" seorang host tiba tiba mengusir keheningan itu.
       "Boleh, nanya apa?" Timpal laki laki tua yang ada di samping sang juara.
       "Bapak dan ibu ini orang tuanya atau kakek neneknya?"

       Dua orang yang sudah sangat tua yang mengapit Idah untuk sesaat saling pandang. Bagi mereka ini pertanyaan yang amat sulit untuk dijawab. Tapi untuk tidak menjawab apakah mungkin? Sementara acara ini ditontkn jutaan orang.. Dan apakah bisa jawabannya tidak sesuai dengan kenyataan? Ada perang bathin yang berkecamuk di dadanya yang kurus itu.

       "Ini sebenarnya rahasia pribadi. Tapi untuk memuaskan para juri dan para pendukung Neng Idah, saya memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya." katanya terbata bata. Diam sejenak. Setelah itu dia bercerita tentang  Idah, sang juara itu.
       Salah seorang juri  , nampak wajahnya pucat..   Dengan sekuat  tenaga dia menahan agar air matanya tidak jatuh ke pipinya yang merah . Hatinya amat tergores. Perih sekali. Ingin sekali dia bangkit dari kursinya  dan berjalan mendekati sang juara untuk memeluknya  dan mengatakan sesuatu. Tapi dia tidak kuasa. Tubuhnya terasa lemah tidak berdaya.

       Tangannya membekap mata dengan sapu tangan. Ada yang tiba tiba muncul di pikirannya. Sakit. Kenangan yang amat sakit. Kenangan itu  muncul lagi.

       Terbayang wajah seorang pemuda. Pemuda yang  pernah amat dicintainya. Membuat hidupnya jadi berwarna. Membuat hari harinya indah. Sayang,... pemuda itu pula yang membuat dirinya hancur remuk. Membuat dia harus menanggung aib. Dicacimaki. Tercampakan dari keluarga. Bahkan orang  sekampung mengusirnya dari desa itu. Karena mereka takut akan laknat  Tuhan.

       "Bram,  aku hamil."  suatu hari dia berterus terang pada pacarnya.
       " Apa?"
       "Aku hamil. Kita  harus segera menikah. Kalau tidak segera menikah, bagaimana tanggapan orang  orang."
       Pemuda itu mendesah. Terdiam  lama. "Aku belum siap, Sri. Kamu kan tahu aku belum punya pekerjaan . Nanti pasti kita akan sangat sulit."

       "Kita harus nikah, Bram. Masalah pekerjaan dan mencari uang nanti kita  tanggulangi bersama. Ini demi anak yang kukandung.  Anak kita."
       "Aku sarankan  gugurkan saja  kandunganmu."
       "Bram...!!?"
       "Ya,....aku sarankan itu. Silahkan kamu mau  ikuti aku atau mau mengikuti caramu. "
       "Bram...! Ternyata kamu laki laki biadab....!!!"
       Sejak saat itu mereka tidak pernah bertemu lagi. Dan, saat kedua orang tuanya mengetahui kalau sang anak sedang berbadan dua   dan tidak jelas siapa bapaknya , kemarahannya  begitu  dahsyat.  Bukan sekedar mulutnya yang bertindak. Tapi tangan dan kaki sang ayah  berulang kali  menghujam tubuh gadis naas itu. Dan puncaknya, sejak saat itu si gadis di kurung di kamar. Tidak boleh kemana mana. Untuk menjaga agar aib ini tidak menyebar kemana-mana.

       "Ayah sebenarnya sudah tidak mau ketempatan kamu lagi. Tapi karena kamu sedang mengandung  maka  ayah beri kamu waktu. Setelah  bayimu lahir, kamu dan bayimu harus pergi. Dan jangan pernah injak rumah ini lagi. Anggap saja kamu sudah tidak punya orang tua lagi."

       Beberapa hari setelah bayinya  lahir. Dan  dirasa tubuhnya sudah mampu berjalan jauh. Sri, gadis itu  di malam yang gelap ,setelah  berpamitan dengan orang tuanya, keluar dari rumah itu dengan amat hati  hati. Takut  ketahuan orang. Lalu berjalan tanp arah dengan sembunyi sembunyi.  Bayi mungil yang ada dalam buaiannya terus didekap erat. Agar bayi itu tidak menggigil.

       "Maapkan ibu, nak. Ibu harus melakukannya. Ini demi masa depanmu. Agar  kamu terbebas dari aib ini." Bisik Sri sambil terisak. Sementara, sang bayi perlahan diletakkan  dalam baskom. Dibungkus selimut febal. Lalu dihanyutkan  ke sungai yang mengalir deras ke laut.

       "Semoga orang yang menemukanmu sangat sayang kamu,nak." Doanya sambil berurai air mata.
       Kehidupan adalah kehidupan. Harus tetap dijalani walau sesulit apapun. Itulah semangat yang membuat Sri selalu sabar dalam menghadapi segala cobaan. Itulah yang membuat semangat hidupnya tetap kuat.

       Sri kemudian  pergi ke kota. Beruntung  di tempat itu ada rumah makan 'WARTEG' yang mau menerimanya bekerja. Beberapa tahun kemudian,ketika  ada konser tidak jauh dari tempat kerjanya Sri memberanikan diri untuk tampil  menyumbangkan lagu. Dan  ternyata  suaranya  sangat merdu. Banyak yang berdecak kagum.  Termasuk  pimpinan konser itu. Mulai saat itu  Sri sering diajak ikut konser oleh mereka.

       Rejeki kalau sudah saatnya datang  tidak ada yang bisa menghalangi. Sri makin sering diundang untuk manggung. Bahkan sudah ada produser rekaman yang menawarinya untuk menyanyikan lagu karya dari  pencipta lagu terkenal.
       Dari  satu lagu  ke lagu lain. Dari satu album  ke album lain. Ternyata semuanya  ngehits. Sehingga  Sri sekarang menjelma menjadi seorang super stars. Penyanyi nomer satu di negeri ini.. Yang belum ada tandingannya. Sehingga ketika salah satu stasiun televisi swasta terbesar di negeri ini mengadakan  kontes  menyanyi maka tidak ada juri yang paling pantas kecuali dia. Sri. Sang Ratu.

       Sang juri mulai membuka  bekapan matanya. Dicobanya  untuk bangkit  menuju sang juara. Tapi tidak ada kekuatan. Tuhan.........rintih ya dalam hati. Dia adalah anakku yang dulu aku buang.  Yang selama ini aku cari. Tuhan.... Ijinkan aku untuk hidup bersamanya. Aku ingin membahagiakannya untuk menebus kesalahanku.  Tuhan.  . tunjukkan  kepada ku waktu dan cara yang tepat untuk mengatakan kepadanya  bahwa  'aku adalah ibumu'

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Translate

    Fashion

    Beauty

    Total Tayangan Halaman

    Travel